Naskah sudah siap (bahkan sudah berkali-kali kamu edit dan rewrite), judul cerita sudah oke, berkas-berkas pendukung pun (i.e. biodata) sudah tersusun rapi, singkat, dan jelas. Yeay… tinggal selangkah lagi untuk bikin editor jatuh cinta dengan ceritamu dan menerbitkannya jadi sebuah buku!
Nah, untuk sentuhan akhir naskah tersebut, jangan lupa persiapkan kelima hal ini juga:
1. Sinopsis global cerita
Naskah 200 halamanmu sudah rampung dan siap dilahap editor. Tapi tahukah kamu bahwa sebelum membaca itu, kerapkali editor ingin tahu seperti apa rangkuman ceritamu dari awal sampai akhir? Ya, maka itulah penulis tidak boleh lupa membuat sinopsis global (summary isi cerita) dan diletakkan pada tumpukan di atas naskahnya. Berapa panjang sinopsis global ini? Cukup 1 halaman kertas dengan spasi huruf 1.
.
2. Bab 1 yang menggigit
Bab 1 atau tepatnya paragraf ke-1 memegang peranan penting untuk menentukan apakah naskahmu berhasil menarik perhatian editor atau malah membuatnya menyingkirkan naskah itu cepat-cepat. Sajikan pembuka yang bermuatan masalah pada bab 1. Tidak perlu bertele-tele dengan latar belakang si tokoh maupun kondisi tertentu hingga menjadikan kisah terasa panjang, membosankan, dan kehilangan fokusnya.
Bandingkan kedua paragraf di bawah yang akan menjadi pembuka bab 1. Mana pilihanmu?
Hari ini bukan sekadar Senin yang dimulai dengan kemacetan, namun akan menjadi penentu hidupku yang tinggal beberapa hari lagi.
Pagi ini terasa seperti hari-hari yang sudah lewat. Senin, mendung, dan macet, seolah-olah hari bergulir dalam kondisi autopilot. Aku selalu terjaga jauh sebelum gema adzan terdengar, termangu memikirkan kehidupanku belakangan ini yang terasa statis.
3. Pelajari penerbit yang akan kamu kirimkan naskah
Sesuaikah penerbit tersebut dengan karakter ceritamu? Untuk mengetahui hal ini, cara yang dapat kamu lakukan adalah membaca beberapa buku terbitannya. Mengirim naskah ke penerbit yang tidak tepat tentunya menjadikan naskah kita kemungkinan besar tidak diterbitkan. Cara lain bisa juga dengan menanyakan langsung kepada penerbit,”Saya memiliki naskah cerita remaja. Apakah penerbit X berencana menerbitkan fiksi genre tersebut?”
4. Kirim naskah ke penerbit = kirim CV ke perusahaan
Ketika mencari lowongan kerja di perusahaan, kita seringkali mengirim beberapa CV sekaligus ke beberapa perusahaan kan? Nah, lakukan hal serupa dengan naskahmu. Memang sih, perlu modal lebih untuk melakukan ini. Tapi itu membuka peluang lebih besar agar naskahmu segera dilirik penerbit—dan kemungkinan beberapa penerbit! Lantas, pilih penerbit yang mana dong akhirnya? Pilih penerbit yang memiliki reputasi baik dan yang menawarkan kesepakatan kerjasama lebih menguntungkan bagimu. Ingat, penulis adalah pekerja lepas. Bukan milik penerbit ya. Kontrak dengan penerbit biasanya dilakukan per 1 judul cerita atau 1 buku saja. Jadi apabila kamu ingin menerbitkan novel “Segitiga Cinta Attiya” di Penerbit X dan menerbitkan buku how-to “10 Langkah Jitu Menulis Novel” di Penerbit Y itu boleh banget ;)
5. Tampilan naskah yang nyaman dibaca editor
Naskah ceritamu tentunya di-print pada kertas dengan kriteria sesuai persyaratan penerbit (bisa A4, folio, dll) serta menggunakan font yang nyaman dibaca oleh editor. Karena editor adalah barisan pertama yang menilai naskahmu, jangan sampai mereka jadi BT lantaran font yang kita gunakan bikin mata mereka capek saat membacanya. Beberapa body-text font yang umum digunakan adalah Times New Roman ukuran 11 dengan spasi 1,5-2. Kalau bosan dengan Times New Roman, coba Top 30 High-quality Free Body Text Fonts ini ;)
Hope to spot your first book in bookstore shelf soon! ;)
GAMBAR: READING-IS-LIFE.TUMBLR.COM
